PERSAGI Dukung Kebijakan Makan Bergizi Gratis untuk Generasi Sehat

Jakarta – Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Ir. Doddy Izwardi, M.A., Ph.D., menyatakan dukungan penuh terhadap kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bagian dari strategi nasional membangun generasi sehat dan cerdas menuju Indonesia Emas 2045.

Menurutnya, MBG merupakan intervensi gizi terstruktur yang selama ini selalu direkomendasikan kalangan ahli gizi, namun baru mendapat dukungan politik dan anggaran yang cukup kuat di periode sekarang.

Bacaan Lainnya

“Program ini bukan sekadar membagi makanan, tapi instrumen peningkatan kualitas gizi anak sekolah yang harus dikawal standar gizinya. Karena itu PERSAGI mendukung pemerintah, sekaligus siap menjadi mitra teknis di lapangan,” ujar Doddy.

Ia menegaskan, pelaksanaan MBG harus mengacu pada standar menu bergizi seimbang yang disesuaikan dengan kelompok usia anak sekolah, memperhatikan keberagaman pangan lokal, serta keamanan pangan (higiene sanitasi dapur dan distribusi). Dengan demikian, program tidak hanya menuntaskan distribusi porsi, tetapi juga benar-benar berdampak pada penurunan masalah gizi seperti anemia, stunting tersisa, maupun keterlambatan pertumbuhan belajar.

Doddy juga mengapresiasi langkah pemerintah yang mendorong pelibatan organisasi profesi, pemerintah daerah, hingga unsur keamanan untuk memastikan rantai produksi–distribusi makanan berjalan aman, tidak terjadi penyelewengan, serta data penerima manfaat tetap akurat. Ia menilai, pengawasan lintas sektor penting dilakukan mengingat skala program yang masif dan menyentuh langsung anak sekolah.

“PERSAGI mendorong agar setiap daerah memiliki tim pendamping gizi yang memeriksa menu, kandungan, serta cara pengolahan. Kalau standar teknisnya dijaga, MBG bisa menjadi game changer kualitas SDM kita,” tambahnya.

Dengan dukungan organisasi profesi seperti PERSAGI, pemerintah diharapkan dapat memperkuat aspek teknis MBG mulai dari penyusunan menu, pelatihan pengolah makanan, sertifikasi higiene sanitasi layanan makanan, hingga monitoring gizi berkala sehingga program tidak hanya populis, tetapi juga berbasis ilmu gizi dan berdampak jangka panjang pada kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *